Buya H. Hendri, S. Ag., M. Pd saat memberi taushiyah Kebangsaan pada Lailatul Ijtimak PC NU Lima Puluh Kota pada Jum'at, 14 Agustus 2020 di rumah Prof. Ganefri, P.Hd di Tabek Panjang |
Sabtu, 15 Agustus 2020 M - 26 Dzulhijjah 1441 H
Dilaporkan oleh: F. Malin Parmato
HawaaliyNews, Simalanggang – "Ada dua tugas ketika kita menjadi Nahdliyyin" kata Rais Syuriah PWNU Sumatera Barat, Buya H. Hendri, S. Ag., M. Pd., ketika menyampaikan Taushiyah Kebangsaan pada acara Lailatul Ijtima' PCNU Lima Puluh Kota di rumah ketua Tanfidziah PWNU Sumatera Barat Prof. Ganefri, P. Hd., di Tabek Panjang Koto Baru Simalanggang Payakumbuh Sumatera Barat pada malam petang Jum'at (14/08/2020).
"Sebagaimana yang dikatakan oleh sekretaris PCNU Lima Puluh Kota tadi bahwa tujuan didirikan NU itu ada dua, yaitu tugas Diniyyah dan Wathaniyah" kata Buya H. Hendri di hadapan ketua Tanfidziyah PWNU Sumatera Barat Prof. Drs. H. Ganefri, M.Pd., Ph.D, Rais Syuriah PCNU Lima Puluh Kota Buya H. Sudirman Syair, Dt. Samulo Nan Balopiah, ketua Tanfiziyah Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lima Puluh Kota Syahrul Isman , S.Ag, buya DR. Ahmad Wira, Phd., pengurus PW NU Sumbar dan juga ketua ISNU Sumbar, jajaran kepengurusan PCNU Lima Puluh Kota beserta Badan Otonomnya seperti Muslimat, Fatayat, Gerakan Pemuda Ansor, Kasatkorcab Banser, Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Pengurus yayasan dan guru Ponpes Maarif Assaadiyah Batu Nan Limo, Kakan Kemenag Kota Payakumbuh, Kakan Kemenag Kabupaten Lima Puluh Kota bersama Kasi, KUA, pimpinan-pimpinan Pesantren sekitar, Ketua MUI Kab. Lima Puluh Kota, wali nagari Koto Baru Simalanggang dan Nahdliyin.
"Pertama, adalah tugas Diniyyah, yaitu mensyiarkan, mempertahankan, melestarikan dan memperjuangkan ajaran Aswaja An-Nahdliyah di Indonesia. Kedua; tugas Wathaniyyah, yaitu menjaga kedaulatan NKRI. Hal itu sudah dibuktikan oleh ulama Aswaja An-Nahdliyah. Di zamannya, dulu kita perang fisik dan juga jihad dengan resolusi jihadnya Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari. " terang Buya H. Hendri.
"Selanjutnya" kata Buya yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sumatera Barat ini. "Ada 4 prinsip Nahdliyin yang menjadi amalan kita; 1). Tawashut dalam aqidah, syariah dan tasauf. NU itu tidak ke kanan dan tidak ke kiri sesuai dengan garis lurus. Meyakini rukun Iman yang 6. Rukun Addin yang tiga yaitu Iman. Islam, Ihsan. 2). Memegang Mazhab yang 4. 3). Prinsip Tasamuh, bersikap toleransi terhadap perbedaan, ada 316 suku se Indonesia, 726 bahasa, 17.000 pulau, masyarakatnya sangat heterogen, Nahdhiyyin memiliki sikap Tasamuh, tidak saling mencaci, tidak mengkafirkan sesama saudara, sesikit-sedikit dikatakan kafir, itu kelompok Takfiri namanya. Prinsip Amaliyah NU, Alfatihahnya pakai Bismillah, qunut, setelah shalat tidak langsung lari, zikir dan doa dulu. 3). Amar Ma'ruf Nahi Mungkar. 4). Tawazun, yaitu berimbang antara kehidupan dunia dan akhirat".
Sekretaris PCNU Lima Puluh Kota Ustazd Noviardi, S.PsI., mengatakan bahwa "Lailatul Ijtimak itu adalah salah satu rangkaian kegiatan dari acara memperingati Dirgahayu NKRI ke-75. Acara dimulai dengan peresmian kantor bersama PCNU beserta Banomnya pukul 17.00 Wib. tadi di Ponpes Maarif Assaadiyah Batu Nan Limo. Kemudian setelah shalat Magrib dilanjutkan dengan makan malam di rumah baru Prof. H. Ganefri di Tabek Panjang Koto Baru Simalanggang, dan seterusnya dilaksanakan Lailatul Ijtimak, taushiyah agama serta Istighosah Kebangsaan. HN