MUHIBUDIN KOTO: KITA HARUS MEMILIKI MIMPI


Canduang - Jum'at, 11/11/2011

Drs. Muhibbudin Koto (kiri)
Kita harus memiliki mimpi bahwa separoh dari utusan OSN (Olimpiade Sains Nasional) dari Sumbar nanti berasal dari Canduang, atau minimal di Agam saja. Kalau ada masalah disana-sini maklumi saja. Seperti teknis penjaringan siswa, tatacara pembinaan, mental birokrasi dan dana.

Dimana-mana masalah seperti itu ada, bukan hanya disini saja. Jangan berfikir akan merombak sistem yang ada, terlalu sulit, tidak boleh bersikap konfrontasi. Kita terima saja semua masalah ini lalu secara pribadi-pribadi kita carikan jalan keluarnya.

Kita bergerak dibawah membuat jejaring. Bangun hubungan antar sekolah. Kalau hubungan emosional sudah terbangun dengan baik maka kita bisa saling sharing antar sesama. Kalau disekolah kita tidak ada lab. maka disekolah tetangga ada. Kita bisa memanfaatkan itu semua bersama-sama. Demikian disampaikan oleh Drs. Muhibbudin Koto, M.Si menjawab semua pertanyaan guru-guru GEMPITA Olimpiade Canduang pada Rabu (09/11) lalu saat sharing pengalaman dan pembinaan peserta OSN di MTI Canduang.

Rinaldi, S.Pd
Rinaldi, S.Pd ketua GEMPITA Olimpiade Canduang telah lama merasakan masalah yang menghambat pembinaan calon peserta OSN ini. Ia menyatakan bahwa diantara permasalahan itu adalah

1. Kurangnya materi ajar dan tidak adanya bank soal yang memadai.

2. Kurangnya pemahaman pejabat tentang OSN ini. hal itu mungkin dikarenakan kita tidak banyak berdialog dan memberikan informasi kepada mereka.

3. Kekurangan dana, Pemda tidak memiliki anggaran yang cukup untuk itu, sehingga penyaringannya siswa asal-asalan saja, kadang-kadang bidang studi Biologi dibimbing oleh guru Fisika.

4. Bila anak binaan kita terpilih, gurunya tidak diikut sertakan mendampingi. Anak juga butuh semangat dan bimbingan dari gurunya. Saya pernah ditelpon oleh seorang anak yang sedang mengikuti OSN di Jakarta, ia mengadu pembimbing yang ditunjuk pemerintah tidak ada disisinya memberi semangat. Saya tanyakan kepada orang dinas mengapa guru tidak diikutsertakan, jawabannya "inilah kebijakan pemda, saya tidak bisa apa-apa. Kalau guru diikutsertakan biayanya dari sekolah. Karena itu kami merasakan banyak ruginya kalau menang daripada kalah.

Drs. Muhibbudin, M.Si menambahkan bahwa guru-guru dan anak-anak kita bukannya tidak punya kemampuan, tetapi kita butuh sebuah sistem. Untuk itulah kami datang kesini untuk memoles yang kurang itu. Kami lihat baik di Riau maupun disini kemampuan anak-anak rata-rata sama, tetapi ketika Olimpiade faktanya berbeda. Propinsi yang jumlah penduduknya sedikit dibandingkan Sumbar seperti Bali lebih banyak anak-anaknya mendapat peluang kesana. Itu terletak pasa sistem penjaringan dan pola pembinaan.

Tadi ada yang menanyakan tentang masalah labor dan pratikum, kita kan coba komunikasikan nanti dengan UNAND dan UNRI. Tadi kita telah mensosialisasikan kepada guru-guru dan murid berprestasi tentang OSN ini, maka nanti kita beri tugas guru-guru itu untuk menjaring siswa berprestasi lainnya kemudian dibina melalui GEMPITA,sampai ke tingkat nasional. Mudah-mudahan nanti ada partisipasi dari Bupati dan anggota dewan. Saya lihat Bupati kita sangat aprisiatif.

Kami sangat bersemangat untuk datang ke kampung halaman ini. Kami suka digedor-gedor selalu dimintai soal, materi  ini dan itu, dengan demikian kamipun akan termotivasi juga untuk meningkatkan partisipasi terhadap pendidikan di kampung kita ini. Sekarang kita sudah menyiapkan kumpulan soal-soal olimpiade beberapa bundel.

Diharapkan nanti
1. Ada koordintor bidang untuk setiap mata belajaran yang diperlombakan pada OSN.
2. Perkuat jaringan dengan UNAND.
3. Perbanyak soal dan materi yang lain.
4. Koleksi nomor hp dan email mereka.
5. Refitalisasi kepengurusan Lembaga.
6. Buat jadwal satu tahun tentang kapan diakukan penjaringan dan pembinaan.
7. Buat langkah-langkah strategis.
Hal itu harus kita mulai setelah pertemuan ini. Pertemuan lanjutan akan kita gelar pada awal tahun 2012 nanti.


Emrizal Mahidin Tambusai Msc. MH koordinator team dari UNRI menyampaikan bahwa pertemuan sekarang ini lebih dari pada uang bagi kami. Menginap di rumah penduduk seperti ini sangat kami rasakan kekeluargaan yang dalam. Kalau acara-acara seperti ini kami selalu nginap di hotel. Tepi sekarang nuangsanya beda bagi kami. Ini adalah salah satu bentuk pengabdian masyarat dari perguruan tinggi.

Sekarang pemerintah kita telah menjadikan OSN sebagai icon mutu pendidikan nasional. Mutu itu memang mahal, tetapi dana bukanlah segala-galanya. Di propinsi Riau 20% APBD adalah untuk pendidikan. Sekarang orang bicara mutu pak bukan kwantitas saja. Acara seperti ini walaupun kecil, tetapi pengaruhnya besar bagi anak-anak kita pak. Semumur hidup mereka akan mengenangnya.

Saya tidak setuju dengan ungkapan pak Rinaldi tadi yang menyatakan ketika mengikuti OSN lebih baik kalah daripada menang. Itu pesimis namanya pak. Kita juga jangan konfrontatif menghadapinya. Mari kita carikan jalan keluar bersama dengan tenang. Kadang guru salah kaprah juga menerjemahkan mutu, bahwa sistem pengajaran dengan menggunakan slide dan laptop itu adalah mutu, salah. Bagaimana kalau gurunya tidak menguasai bahan ajar dan lampu mati, gimana coba.

Kalau bicara pendidikan, kita akan dihadapkan kepada mutu dan infrastruktur pak. Saya pernah ditawarkan oleh Gubernur Riau suatu jabatan di dinas pendidikan propinsi dan saya menerima kepala bidang pendidikan SMA, SMK dan Perguruan tinggi, tetapi karena dananya terlalu banyak yaitu 152 milyar dari jumlah APBD 800 milyar untuk Dinas Pendidikan. Saya tidak sanggup bila dihapkan kepada infratruktur itu. Ternyata infrastruktur ini sangat mengganggu saya, disitu banyak mafia proyek akhirnnya saya mengundukan diri dan kembali ke perguruan tinggi, cukup bekerja di bidang mutu saja yaitu OSN.

Rustam Effendi, M. Si salah seorang anggota tim menyemangati bahwa kalau masalah dana, itu hanya teknisnya saja. Bisa dicarikan jalan keluarnya. Yang penting sekarang semangat.

Negara itu kalau diumpamakan sebuah bangunan, maka pendidikan adalah pondasinya. Semakin baik suatu pendidikan, semakin baik pula negaranya. Negara maju mana yang jelek pendidikannya. Malaysia 15 tahun yang lalu menjadi suatu kebanggaan bagi mereka belajar di Indonesia. Sekarang kita yang bangga bisa belajar di Malaysia. Kita mesti memperbaikinya. Inilah langkah awal kita kesini untuk memberi informasi dan motifasi.

Drs. Khairijon, M.Si mengusulkan supaya GEMPITA mau bersikeras mencari jaringan dan mencari dana ke luar. Perantau Canduang ini kan banyak. Kalau ada keinginan yang kuat, saya yakin banyak jalan untuk itu. Bukan pertemuan seperti ini yang kita banggakan, tetapi bagaimana nanti keberlanjutan dari pertemuan ini. Untuk berbuat banyak seperti yang dilakukan di Riau, kami tidak bisa. Hanya seperti inilah yang bisa kami bisa. Tinggal lagi GEMPITA membangunan hubungan dengan pembina OSN di UNAND. | Fitrayadi

Lebih baru Lebih lama