![]() |
MTI Koto Panjang |
Payakumbuh - HN, Pondok Pesantren MTI Koto Panjang kembali bangkit setelah mengalami pasang surut sejak tahun 1990 an. Madrasah PERTI ini sudah ada sejak sebelum kemerdekaan Repulik Indonesia. Menanjak usia ke-85 tahun ini "murid baru MTI Koto Panjang meningkat 50 % dari tahun sebelumnya" demikian kata Kepala Aliyah ustazd Mahzar Is Malin Bungsu kepada HN sa'at dikunjungi media ini di Koto Panjang Lampasi pada Jum'at (16/08).
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS1X3-6lUWOxNy0-ZYypo4BjsfyS6r-Rt6XGsZtbDObdJxZzSq7FnKniJ2Vgei7zWWBKML9OSKGaJJIw_7dQwXa-1WxCKNVmg0irMmPILqL5dxm632WyIwvV_p97Eg3_iOaRDpiPMRMmYd/s320-rw/Mengantar+Mahasiswa+PPL+ke+MTI+koto+Panjang.jpg)
Pesantren ini bernama "Madrasah Tarbiyah Islamiyah Koto Panjang Lampasi" yang terletak di Jl. Muchtar Angku Lakuang, Koto Panjang, Payakumbuh Lamposi Tigo Nagori, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat-26251.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrPA6TDhKc9OCZguIdi076sVlkVcjFvM8LosodHOm563QR1CZfVtJtFwJ_aIfX71DpVkU7QXESgxDiRx8zEX0YspyFnn5Lxij8sanyNeMf5_8lSZOCh4gsfka0ZQR8tqb2a_E2f3M5bFad/s320-rw/MTI+Koto+Panjang+dibelah+jalan+raya.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinI5MY9O2r4IQc5nkcpq3L72w24a4XWF2hBODlTaFU9rmNk5Nbl8R74HdncAYVIvfmbOHa9IZ1xqFa_zL7slkpEe82nz2BWkhcfV70zNEe78NgVvA2S9p_3bHc4EaM0CIqiAamuvdsYvLy/s320-rw/Screenshot+from+2019-08-18+09-52-45.png)
Ketika kami sampai di MTI Koto Panjang, langsung di sambut oleh Kepala MTI tingkat Aliyah ustazd Mahzar Is Malin Bungsu kemudian kita dipersilahkan masuk ke ruang Pimpinan Pondok, di ruangan itu sudah menunggu Bapak Wazir Tunikam, Dt. Djando Basa, BA didampingi juga oleh ibu Elni Desriwita, S.Pd.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ0BbAZollL1j46UOsVG9ppiPlJ0Ne7G11PNkHgRoWi9Pot0zAUk_c7hGG1ZHexsrbgkPf7-IlLUKMriMaQ2T6ujKwU1Rw3ytAPgbq155byg7K3DaRaSaqW3uqWpWvKkRav1ktU9XrE0yo/s320-rw/latihan+upacara+MTI+Koto+Panjang.jpg)
Pimpinan pondok menceritakan bahwa "tahun ini santri yang mendaftar baru di MTI Koto Panjang ada sebanyak 25 orang. Jadi sekarang jumlah santri tingkat Tsanawiyah adalah sebanyak 49 orang, sedangkan di tingkat Aliyah hanya ada 9 orang santri. Jumlah santri seluruhnya adalah sebanyak 58 orang. Dibanding tahun lalu, jumlah santri baru yang masuk tahun ini sudah meningkat 50%." katanya.
Informasi yang dikumpulkan media ini didapati bahwa beberapa tahun yang lalu (sejak tahun 1990 an) MTI Koto Panjang sempat mengalami penurunan jumlah santri, sehingga putus satu generasi. Tahun Pelajaran 2018 / 2019 yang lalu tidak ada santri yang menamatkan pendidikan tingkat Aliyah di sini karena kekosongan santri. Tahun ini ada 3 orang santri yang duduk di kelas 3 Aliyah, kelas 2 Aliyah juga ada 3 orang dan demikian juga di kelas 1 Aliyah juga ada 3 orang santri. Namun sejak 3 tahun yang lalu jumlah murid mulai ada peningkatan, sehingga sekarang ditingkat MTs sudah ada 49 orang santri. Perbaikan-perbaikan terus ditingkatkan, mulai dari manajemen pengelolaan, pendidikan, fasilitas, keuangan dan sebagainya.
Dulu jumlah murid MTI Koto Panjang lebih dari 1.000 orang pelajar yang berdatangan dari beberbagai provinsi di Indonesia terutama di Sumatera seperti Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Riau bahkan sampai ke Malaysia.
Dikutip dari ritvone "Yayasan terus berupaya melakukan pembenahan dan perobahan ke arah yang lebih baik dan berusaha menjemput sinar MTI dulu yang pernah jaya sampai ke Malaysia. Upaya tersebut dibuktikan dengan menerapkan pelajaran kitab tambahan pada malamnya (seperti tauhid, tafsir, balaghah, al Quran, hadis, tarekh, fiqh, ushul fiqh dan lainnya) serta memadatkan dengan materi dakwah dan bahasa Arab & Inggris dengan guru yang yang sudah terjadwal."
"Yayasan Tarbiyah Muchtar Engku Lakuang juga menerapkan ekstrakulikuler ROBOTIK, yang dipandu oleh ust. Noviardi seorang dosen di Sekolah Tinggi Tekhnologi Payakumbuh (STTP) yang tentunya sangat mahir berbahasa inggris dan dalam penggunaan IT. Penerapan ekstrakulikuler ROBOTIK ini termotivasi oleh almarhum Syekh Mukhtar Engku Lakuang yang dulunya juga ahli dalam bidang kelistrikan, beliau mampu menciptakan mikrohidro untuk Koto Panjang. Walau bertiang kapuk, listrik yang beliau ciptakan pada masa itu, mampu menerangi kampung tersebut. Bukti fisiknya masih dapat dilihat di Sungai Tabia. Dari sini bisa kita pahami bahwa ulama ulama Persatuan Tarbiyah Islamiyah juga mampu mengkombinasikan antara tekhnologi dan kitab kuning."
"Pondok pesantren MTI Koto Panjang, Lampasi, Payakumbuh didirikan pada tanggal 3 Maret 1935 oleh ulama besar Minangkabau bernama Syekh H. Muchtar Engku Lakuang (1913-1978). Syekh Muchtar merupakan sosok ulama yang sangat faqih dalam fiqh Syafi’iyyah, tawadhu’ dan istiqomah. Beliau belajar langsung kepada ulama besar Minangkabau yang juga pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah yaitu Syekh Abdul Wahid Ashsholihi Tabek Gadang (w. 1950). Tak hanya alim di bidang fiqh Syafi’iyyah beliau juga dikenal sebagai seorang “shufi” penganut Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah (diberi ijazah langsung oleh Syekh Abdul Wahid Alkhalidi Ampang Gadang) sekaligus mendirikan surau suluk di daerahnya."
"Sebagai seorang ulama yang faqih dan rajin menulis tentunya beliau punya banyak karya apakah itu di bidang fiqh, tasawwuf bahkan hadis dan lain lain (kabarnya di bidang hadis dan ilmu hadis beliau juga pernah menulis kitab seputar ilmu “dirasatul asanid”, namun saya belum sempat melihat teksnya secara langsung). Salah satu karya beliau yang terkenal adalah “Al-Istidlal” merupakan hasil diskusi pada forum mudzakarah Isdtidlal yang beliau dirikan sendiri. Karena kealimannya itu ia juga pernah diamanahi sebagai ketua Mahkamah Syar’iyyah Payakumbuh (saya lupa tahun berapanya, kira-kira pada masa gejolak PRRI di Minangkabau)."
"Puluhan tahun MTI Koto Panjang telah banyak mencetak ulama dan tokoh-tokoh bangsa. Salah satu dari sekian alumni MTI Koto Panjang adalah Prof. Dr. Nasaruddin Baidan yang kemudian fokus di bidang Ilmu Al Quran dan Tafsir (setahu saya sudah sekitar 30 karya di bidang ilmu al-Quran dan Tafsir yang dihasilkannya), dan tentunya masih banyak alumni lainnya yang turut berkontribusi aktif bagi pendidikan keislaman, kebangsaan dan sebagainya." kata Muhammad Hidayatullah, Lc (Ketua Umum IMTI Jabodetabek) ke pada media. *Fitra Yadi - HN