SEORANG MALIN SURAU BISA NAIK TURUN 30 RUMAH PADA MALAM TAKBIRAN


Senin, 20 Agustus 2012 M / 02 Syawal 1433 H

Berdoa menyambut Idul Fitri
Canduang - HN. Sebagaimana biasa dalam menyambut Idul Fitri 1 Syawal, sebagian masyarakat Agam setiap malam takbiran selalu menggelar acara berdoa yang dipimpin oleh seorang Malin Surau yang ditutup dengan makan bersama.

Dari pantaun HN di jorong Gantiang Koto Tuo nagari Canduang Koto Laweh pada malam petang Sabtu (18/08) sekurang-kurangnya ada 3 orang Malin Surau yang turun malam itu untuk memimpin acara berdoa dari satu rumah ke rumah lainnya.

Angku Ampek Nuan (88 th.) seorang tokoh masyarakat Canduang anggota LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) kepada HN mengatakan bahwa tradisi berdoa itu sudah ada juga sejak ia masih kecil dulu. Orang tuanya adalah seorang Tukang doa (Malin Surau). Dulu ia sering menjadi pemandu sang ayah pada malam takbiran naik rumah turun rumah untuk memimpin do'a dari sore sampai subuh.

Dari pantauan HN, seorang tukang doa (Malin Surau) sangat dibutuhkan oleh masyarakat Canduang. Kadang-kadang seorang Malin Surau bisa memimpin doa hingga 30 rumah dalam semalam, ada juga yang disambung setelah shalat Idul Fitri sampai Zuhur. Setiap turun rumah, Malin Surau diberi zakat Fitrah oleh tuan rumah dan juga sedekah.

Seorang Malin Surau yang tidak mau disebutkan namanya menerangkan kepada HN bahwa" tiap-tiap malam takbiran ia selalu dipanggil untuk berdoa. Pernah juga ia melayani sampai 53 rumah dari sore sampai subuh dan disambung kembali setelah shalat Idul Fitri hingga Zuhur. Ia mengurut rumah-rumah yang akan dinaiki sejak waktu berbuka berdasarkan daftar panggil yang ia catat diatas sebuah kertas. Tuan rumah yang sudah tidur dibangunkannya kemudian berdoa dan pindah lagi ke rumah yang lain".

Tuan rumah selalu menginginkan Malin Surau makan di rumahnya, untuk mensiasati supaya tidak kekenyangan maka Malin Surau biasanya hanya makan sedikit saja setiap rumah. | Fitrayadi

Lebih baru Lebih lama