Canduang - Ahad, 29 Juli 2012
Seorang peziarah berdoa di Maqam |
Motor dan mobil berjejeran parkir di jalan raya depan rumahnya. Bukan hanya karib-kerabat yang datang membezuk namun juga masyarakat lain yang merasa simpati dengan peristiwa yang menimpa anak bungsunya yang belum disentuh ijab-qabul itu hingga ditemukan tewas mengenaskan tertelungkup tampa pakaian di batu takan pancoran di dalam lurah sungai Ampuah.
Rumah Duka di Rawang |
Pakiah, salah seoarang anggota Parik Paga di Nagari Canduang Koto Laweh dan berstatus sebagai Sumando di rumah duka menerangkan bahwa "Fit hanya bersaudara berdua saja, laki-laki perempuan, ia yang kecil, ia yang paling dekat dengan ibunya, sejak kecil tidak ada berpisah. Ia adalah anak dari kakak istri saya yang berstatus lajang dan sehari-hari beraktifitas menjahit pakaian tanpahan di rumah. Kami mengetahui ia meninggal zuhur kemaren atas pemberitahuan pak Camat Canduang via telpon".
Fani, mahasiswa UNP semester 3 yang juga keluarga korban memaparkan kepada HN kronologi peristiwa naas itu. Fani mengatakan "bahwa sekitar pukul 11.00 Wib kak Fit turun ke Pancoran membawa se-ember piring dan pakaian kotor. sedangkan ibu dan bapaknya ke sawah yang terletak di seberang sungai itu".
"Sekitar pukul 12. 30 Wib. Tek Yenti mau pergi ke sawah seberang melalui pancoran itu. Beliau heran melihat pakaian tergantung dan piring yang sudah siap dicuci terletak begitu saja disana sedangkan kak Fit tidak keliatan. "kemana lah anak ni ha..." kata tek Yenti. Semakin dekat tek Yenti ke pancoran itu, semakin nampak terpampang di hadapannya sosok tubuh kak Fit yang tak berpakaian tertelungkup di Batu Takan tempat jatuhnya air. Kepalanya mengalirkan darah sedangkan sebelah tangannya ke punggung dan sebelah lagi terkulai. Darah itu dihanyutkan air pancoran ke sungai, sehingga warna airnya merah" kata Fani.
Fani melanjutkan " Tek Yenti takut mendekati kak Fit, ia lari ke sawah memberitahukan kepada ibu bapaknya bahwa kak Fit ditemukan terkulai di Batu Takan Pancoran, entah pingsan entah kenapa. Lalu kedua orang tuanya itu bergegas melihat kak Fit, sedangkan tek Yenti bersorak memanggil orang-orang meminta bantuan. Setelah dipasangi pakaian oleh orang tuanya, kak Fit di angkat oleh bapak-bapak ke rumah. Di rumah, keluarga menelpon pak Jorong, rupanya pak jorong memberi kabar juga pada pak Wali nagari, pak Walipun demikian juga beliau menelpon pak Camat Canduang. Sedangkan pak Camat Canduang memberitahukan juga pada Polisi Sektor IV Angkek Canduang, dan polisi juga membawa mobil ambulance dari Puskesmas" kata Fani panjang-lebar.
" Di badan kak Fit ditemukan luka memar di perut, punggung dan tengkuk. Kepala bagian belakangnya mengeluarkan darah seperti tertusuk benda tajam sedangkan jari manisnya luka. Kalung emas kak Fit seberat 5 emas beserta cincin seberat 2.5 emas dan juga subang sebelah, tidak ada lagi dibadannya. Diduga ia dirampas paksa oleh seseorang sehingga berakibat luka berdarah" ungkap Fani.
" Namun pada waktu itu kak Fit tidak jadi dibawa dengan ambulance ke Rumah Sakit YARSI, karena keluarga telah terlebih dahulu mendapat tawaran mobil L 300 dari tetangga. Setelah pemeriksaan, pukul 15.00 wib. lewat, kita sudah sampai lagi di rumah diiringi Tim Forensik POLRESTA Bukittingi dan Polsek IV Angkek Canduang. Mungkin ada 20 anggota polisi melakukan pemeriksaan di lokasi kejadian. Siap Magrib baru Almarhumah selesai dimaqamkan di tanah yang tidak jauh di belakang rumah. Tadi malam juga banyak polisi datang kesini" pungkas Fani. | Fitrayadi