"Salut dan bangga", kata-kata itu cukup untuk mewakili kekaguman terhadap pengurus MDA Masjid Al-Khaira Kayu Baganti jorong III Kampuang kenagarian Canduang Koto Laweh. Disa'at Madrasah-madrasah diniyah Awaliyah di Canduang mengeluh kekurangan dana dan sarana, Pengurus MDA Masjid Al-Khaira sanggup mensejahterakan tenaga pengajarnya dengan honor 500 ribu rupiah perbulan serta mencukupi pengadaan mobiler PBM.
Salah satu masalah yang dibahas pada pertemuan halal-bihalal masyarakat Canduang bersama perantau pada Rabu (31/08) lalu adalah tentang nasib MDA yang mulai memprihatinkan. Gaji guru yang dibawah standar, lengangnya MDA masjid/mushalla dengan adanya MDA plus di SD dan MI, mobiler yang mulai rusak, kekurangan buku, minimnya bahan ajar serta kurangnya media pengajaran. Kendatipun pemerintahan daerah dan nagari selalu menganggarkan dana untuk membantu MDA sekali setahun, namun masih belum juga memadai. Para perantau Canduang juga telah membuat program yang sama untuk MDA yang dikelola oleh paguyuban-paguyuban di perantauan. Lain dengan MDA Masjid Al-Khaira Kayu Baganti dengan kepengurusan yang kreatif dan memiliki ide-ide cemerlang dalam mengumpulkan dana untuk mengembangkan MDA.
MDA yang telah berumur lebih dari 30 tahun ini sekarang memiliki 38 murid dari 13 orang pada November 2010. Akhir tahun 2010 lalu MDA ini hampir mati dengan honor guru hanya Rp. 50.000 saja. 38 orang murid itu dibimbing oleh 3 orang guru yaitu Asmirawati, Yulianti dan Rika Rahman dengan kepala sekolah Yonis, S.Pd. Pengurus aktif yang mengurusi MDA ini diantaranya adalah Syafrianis sebagai ketua, Jamilus sebagai Sekretaris dan Netriwati sebagai Bendahara.
Semangat membangun kembali MDA Masjid Al-Khaira berawal ketika pergantian pengurus pada November 2010. Sebelumnya MDA ini diurus oleh Niniak-mamak saja. Tidak nampak perkembangan yang berarti hingga bertahun-tahun dan akhirnya semakin menurun saja. Kemudian masyarakat bermufakat memasukkan unsur Amai-bapak (orang Sumando) dalam kepengurusan. Pada kepengurusan baru ini nampak semangat dan gairah menggelora untuk kembali maju ditopang oleh ide dan visi yang jelas.
Dalam kurun 8 bulan saja teraup dana sumbangan lebih dari 38 juta rupiah. Dana itu digunakan untuk pengadaan mobiler dan menambah honor pengajar dengan laporan keuangan transparan yang bisa diakses oleh siapa saja. Demi setelah melihat hasil yang signifikan, maka sejak ramadhan lalu semangat masyarakat untuk menyumbang terus bertambah sehingga saldo terakhir yang tinggal di BRI berjumlah 37 juta rupiah. Untuk gaji guru, pengurus tidak payah mengambil tabungan di bank untuk membayarnya. Karena setiap bulan ada program sumbangan jemputan seribu rupiah per rumah yang dipungut setiap bulannya. Dalam pembangunan selanjutnya, pengurus MDA berencana akan memasang lantai keramik. |Fitrayadi