YUNASRIL "SAYA MENGABAIKAN POIN NILAI CIPTA PUISI KARENA BANYAK YANG MENGAMBIL PUISI DARI GOOGLE

Kamis, 19 Desember 2019 M - 22 Rabiul Akhir 1441 H

H. Yunasril Azis
HAWAALIYNEWS, Maek - Dalam sambutannya ketika akan mengumumkan hasil penilaian juri cabang cipta dan baca puisi di nagari Maek pada Rabu (18/12/2019) H. Yunasril Azis mengabaikan poin nilai "cipta puisi" karena ia menganggap bahwa bait-bait puisi yang ditampilkan itu banyak yang diambil dari hasil pencarian mesin pencari seperti google, dan inilah komentar-komentarnya terhadap penampilan peserta lomba.

"Kami juri akan mengumumkan para pemenang untuk lomba baca puisi baik putra maupun putri, kami sudah merangkum semua nilai yang masuk sudah ditentukan pemenang 1, 2 dan 3 nya. Tetapi sebelumnya perlu kami komentari bahwa dari penampilan 20 peserta tadi ada beberapa hal yang menjadi catatan kami adalah:

1. Bahwa dalam membaca puisi apalagi karya kita sendiri itu seharusnya kita masuk ke dalam penjiwaan roh puisi itu dengan total karena kita sudah memulai penciptaan puisi itu dengan pikiran sendiri, perasaan sendiri, bahasa sendiri dan kita bacakan dan kita bawakan sendiri.

Jadi diharapkan sebenarnya untuk ekspresi dan penjiwaan kita harapkan total, tetapi ternyata para peserta tadi menurut pantauan kami apakah memang terpengaruh oleh situasi ada lomba memasak dan lain-lain, sehingga bau aroma juga menusuk hidung sehingga kami melihat ketotalannya untuk masuk ke roh puisi itu masih tersendat-sendat.

Ada beberapa memang dengan puisinya yang panjang pada bait satu dan dua di total masuk tetapi untuk masuk ke bait yang ketiga dia keluar lagi, nah payah lagi untuk masuk, dipaksakan untuk masuk ternyata tidak bisa.

2. Kita melihat penampilan dari awal sampai akhir itu tadi agak sedikit sama iramanya, kita tidak melihat ada penampilan bagaimana peserta memulai membaca puisi dengan inprofisasi dirinya sendiri, semuanya tampil begitu saja, berdiri di depan mik, lalu mengucapkan assalaamu'alaikum, mulailah membaca puisi.

Padahal sebenarnya untuk membaca puisi itu kita boleh mengambil atau menginprovisasi penampilan, kita boleh memulai dari berdiri di tempat kita lalu langkah pertama kita menuju puisi itu tempat kita akan mengambil posisi itu sudah dihitung dengan ekspresi. Dan kita liat juga bahwa bagaimana kita sebagai pembaca puisi itu bisa merangkum semua keinginan perasaan para penonton yang melihat ke kita.

Sebenarnya tidak perlu dengan suara keras, dengan suara lembutkan sebenarnya kalau kita sudah memegang perasaan penonton, mereka akan terkesima, jadi kunci keberhasilan penampilan sebenarnya seberapa jauh penonton terkesima dengan penampilan kita membawa arus perasaan penonton ke dalam arus perasaan kita, nah oleh sebab itu kita dulu seperti imam shalat, kalau shalatnya imam itu khusuk insyaallah makmumnya khusuk.

Jadi ketika membaca puisi itu dia sudah total masuk insyaallah pemirsanya juga total pendengarnya juga akan terbawa, nah itu tadi yang kita liat pada saat pembacaan awal puisi, kita tidak liat bagaimana dia masuk ke dalam roh puisi itu

3. Keterampilan untuk menutup dan mengakhiri penampilan nampak terburu-buru, ketika kita mengangkat tangan "Indonesia Merdeka" sebaiknya ditahan dulu sekitar 1 atau dua detik terlebih dahulu, baru kita tutup dan akhiri, jangan cepat saja "Merdeka" selesai.. hilang.. menutup pintu untuk akhir penampilan itu harus pelan-pelan, nah lalu penampilan secara keseluruhan kita liat sebenarnya menurut grafiknya kita memang diawali dengan seperti lagu ya, awal dulu lembut, kemudian datar saja, naik sedikit, ada klikmaksnya.

Nah ada klikmaksnya ini ditentukan oleh power suara. Klimaknya ini kadang-kadang tadi ada beberapa orang peserta yang tidak terlihat, mereka datar saja dari awal. Atau ada klimaksnya dari awal, begitu di tengah sudah habis suaranya.

4. Secara umum kami melihat penampilan peserta sudah hampir semuanya merata, cuma karena kita adalah lomba cipta dan baca puisi untuk ciptanya kami sudah mengabaikan semuanya karena puisi yang dibaca itu sudah banyak yang diambil dari google.

5. Ada juga beberapa peserta yang puisinya sama, bahasanya sama, liriknya sama, baitnya sama judulnya juga ada yang sama. Jadi kita abaikan saja itu berarti kita seleksikan dan dominankan menyangkut penampilan saja."

Di akhir kata ia mengumumkan hasil penilaian lomba Cipta dan baca puisi yang diikuti oleh 20 orang guru PGRI Kabupaten Limapuluh kota.

Penyerahan hadiah lomba Puisi
"Pemenang lomba baca dan cipta puisi untuk putra adalah:
Juara 3, dengan nilai total 530 jatuh kepada nomor lot 04, berasal dari kecamatan Situjuah Limo Nagari.
Juara ke-2 dengan nilai 540 jatuh kepada nomor lot 07, dari kecamatan Harau.
Juara 1 dengan nilai 555 jatuh kepada nomor lot 13, dari kecamatan Bukit Barisan kecamatan tuan rumah.

Sedangkan peserta putri:
Juara ke-3 dengan nilai 540 jatuh kepada nomor lot 24 dari kecamatan Pangkalan Kota Baru.
Juara ke-2 dengan nilai 545 jatuh kepada kepada nomor lot 20 yang berasal dari Kecamatan Payakumbuh.
Dan juara 1 dengan nilai 550 jatuh kepada nomor lot 23 dari kecamatan Luak."

Perlombaan ini adalah bahagian acara dalam rangka HUT PGRI yang ke-74 serta dalam rangka memperingati hari guru nasional yang ke-25 tingkat kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat dengan tuan rumah kecamatan Bukit Barisan.*Fitra Yadi - HN
Lebih baru Lebih lama