Jum'at, 18 Oktober 2019 M - 19 Shafar 1441 H
HAWAALIYNEWS, Sarilamak - "Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di negara kita akhir-akhir ini tidak lepas dari keterlibatan intelijen asing untuk mencari keuntungan dari kita. Hal demikian mengingat kayanya alam kita, ramainya jumlah penduduk kita, ini menjadi harapan yang menjanjikan bagi negara-negara produsen untuk menjadikan kita sebagai pasarnya, dan sebagai tempat pemindahan penduduk dari negara yang sudah overload." Demikian ditegaskan Kapolres Limapuluh Kota
AKBP Sri Wibowo, S.IK., M.H, dalam arahannya di depan ASN lingkungan Kemenag Limapuluh Kota pada Kamis (17/10/2019) di Aula Kemenag Jl. Tanjung Pati.
Sebagaimana biasa agenda rutin Kemenag Limapuluh Kota setiap tanggal 17 tiap bulannya setelah pelaksanaan Upacara peringatan hari kesadaran nasional selalu melakukan rapat koordinasi dengan pejabat dan pegawai di lingkungan Kemenag. Istimewanya pada kesempatan ini dimanfaatkan oleh Kakankemenag Limapuluh Kota untuk bersosialisasi dengan Kapolres Lima Puluh Kota yang belum sampai sebulan bertugas di daerah ini. Hadir ketika itu Kapolres Limapuluh Kota AKBP Sri Wibowo, S.IK., M.H, Ka Kan Kemenag Lima Puluh Kota Drs. H. Ramza Husmen, M.Pd., beserta pejabat struktural dan fungsional, KUA, Pengulu, Pengawas serta kepala-kepala Madrasah di lingkungan Kemenag Limapuluh Kota.
Dalam arahannya Kapolres Lima Puluh Kota AKBP, Sri Wibowo, SIK, MH, menguraikan "Sebenarnya apa yang terjadi di negara kita sekarang ini? Sadar atau tidak sadar sekarang kita hidup di negara dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa ini dengan alam dan pulau-pulau yang kaya, hal ini merupakan ladang yang menjanjikan bagi negara-negara produsen untuk memasarkan produksinya, jumlah kita sebanyak ini mereka pandang sebagai pasar potensial. Alam kita yang bagus ini juga menjadi tempat yang menjanjikan untuk perpindahan penduduk bagi mereka yang pendudukn negaraya sudah overload. Kemudian melalui intelijen-intelijen asing mereka berupaya menciptakan kondisi supaya produk mereka bisa dipasarkan di negeri kita ini seperti penjualan senjata api, ecomerse, dan produk-produk lainnya, Itulah kerja intelijen ekonomi asing. Dan intelijen mereka juga berusaha membuat kerusuhan-kerusuhan di tengah masyarakat kita dengan demikian mereka akan mengambil keuntungan darinya" kata pria kelahiran tahun 1978 di Karang Anyar Jawa Tengah ini.
"Berita Wamena kemaren contohnya, disitu ada teknik komunikasi jurnalistik yang mereka mainkan, yaitu framming, membungkus, pembaca diarahkan supaya bertindak sesuai dengan keinginan mereka. Di berita itu diambil pemilihan kata "orang Minang" tulisan itu disebarkan terus menerus melalui berita hingga viral. Padahal bukan hanya orang Minang saja yang kena, di sana juga ada suku dari provinsi lain termasuk korbannya orang Papua sendiri. Dengan demikian, maka akan timbullah perasaan tidak baik, pemikiran tidak baik, tindakan dan sikap serta aksi tidak baik jadinya." katanya.
"Secara tidak sadar kita telah menjadi garapan intelijen asing. Diantara Isu yang sering mereka usung adalah Isu sara, dan ini sangat sensitif sekali. Kita dipecah belah oleh politik devide et impera yang sudah diterapkan Belanda selama 3 abat lamanya di negeri kita ini, sekarang kita masih juga mau di adu domba." sebutnya.
"Apa harapan orang-orang asing itu terhadap kita? "mereka berharap supaya kita tetap saja menjadi negara konsumen, mereka tidak suka kalau kita memproduksi barang, hal itu supaya barang dagangan mereka menjadi laku di negeri kita ini. Dengan banyaknya masuk narkoba ke negeri kita ini, masuknya ide-ide dan berita hoax, hal itu diharapkan akan melemahkan kita sehingga produktifitas kita menjadi hilang, kita tetap menjadi negara konsumen harapan mereka, tidak boleh bisa mencipta. Beli.. beli... aja terus. Sekarang saja kita lihat, ecommerse kita berangsur-angsur dikuasai oleh asing, jadi punya kita apa lagi" punkasnya.*Fitra Yadi - HN
Kakankemenag memberi cindera mata Kepada Kapolres Limapuluh Kota |
Sebagaimana biasa agenda rutin Kemenag Limapuluh Kota setiap tanggal 17 tiap bulannya setelah pelaksanaan Upacara peringatan hari kesadaran nasional selalu melakukan rapat koordinasi dengan pejabat dan pegawai di lingkungan Kemenag. Istimewanya pada kesempatan ini dimanfaatkan oleh Kakankemenag Limapuluh Kota untuk bersosialisasi dengan Kapolres Lima Puluh Kota yang belum sampai sebulan bertugas di daerah ini. Hadir ketika itu Kapolres Limapuluh Kota AKBP Sri Wibowo, S.IK., M.H, Ka Kan Kemenag Lima Puluh Kota Drs. H. Ramza Husmen, M.Pd., beserta pejabat struktural dan fungsional, KUA, Pengulu, Pengawas serta kepala-kepala Madrasah di lingkungan Kemenag Limapuluh Kota.
Dalam arahannya Kapolres Lima Puluh Kota AKBP, Sri Wibowo, SIK, MH, menguraikan "Sebenarnya apa yang terjadi di negara kita sekarang ini? Sadar atau tidak sadar sekarang kita hidup di negara dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa ini dengan alam dan pulau-pulau yang kaya, hal ini merupakan ladang yang menjanjikan bagi negara-negara produsen untuk memasarkan produksinya, jumlah kita sebanyak ini mereka pandang sebagai pasar potensial. Alam kita yang bagus ini juga menjadi tempat yang menjanjikan untuk perpindahan penduduk bagi mereka yang pendudukn negaraya sudah overload. Kemudian melalui intelijen-intelijen asing mereka berupaya menciptakan kondisi supaya produk mereka bisa dipasarkan di negeri kita ini seperti penjualan senjata api, ecomerse, dan produk-produk lainnya, Itulah kerja intelijen ekonomi asing. Dan intelijen mereka juga berusaha membuat kerusuhan-kerusuhan di tengah masyarakat kita dengan demikian mereka akan mengambil keuntungan darinya" kata pria kelahiran tahun 1978 di Karang Anyar Jawa Tengah ini.
"Berita Wamena kemaren contohnya, disitu ada teknik komunikasi jurnalistik yang mereka mainkan, yaitu framming, membungkus, pembaca diarahkan supaya bertindak sesuai dengan keinginan mereka. Di berita itu diambil pemilihan kata "orang Minang" tulisan itu disebarkan terus menerus melalui berita hingga viral. Padahal bukan hanya orang Minang saja yang kena, di sana juga ada suku dari provinsi lain termasuk korbannya orang Papua sendiri. Dengan demikian, maka akan timbullah perasaan tidak baik, pemikiran tidak baik, tindakan dan sikap serta aksi tidak baik jadinya." katanya.
"Secara tidak sadar kita telah menjadi garapan intelijen asing. Diantara Isu yang sering mereka usung adalah Isu sara, dan ini sangat sensitif sekali. Kita dipecah belah oleh politik devide et impera yang sudah diterapkan Belanda selama 3 abat lamanya di negeri kita ini, sekarang kita masih juga mau di adu domba." sebutnya.
"Apa harapan orang-orang asing itu terhadap kita? "mereka berharap supaya kita tetap saja menjadi negara konsumen, mereka tidak suka kalau kita memproduksi barang, hal itu supaya barang dagangan mereka menjadi laku di negeri kita ini. Dengan banyaknya masuk narkoba ke negeri kita ini, masuknya ide-ide dan berita hoax, hal itu diharapkan akan melemahkan kita sehingga produktifitas kita menjadi hilang, kita tetap menjadi negara konsumen harapan mereka, tidak boleh bisa mencipta. Beli.. beli... aja terus. Sekarang saja kita lihat, ecommerse kita berangsur-angsur dikuasai oleh asing, jadi punya kita apa lagi" punkasnya.*Fitra Yadi - HN